Penetapan Kebutuhan Kapur Berdasarkan Kebutuhan Alumunium Yand Dapat Dipertukarkan (Aldd)
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur atas kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan tepat pada waktunya. Adapun judul laporan
ini adalah “Penetapan Kebutuhan Kapur Berdasarkan Alumunium Yang Dapat Dipertukarkan
(Aldd) ” sebagai laporan praktikum Dasar Ilmu Tanah. Dalam menyelesaikan
laporan ini penulis mengalami hambatan baik dari segi teknik, waktu, tenaga,
maupun biaya. Namun dengan petunjuk Allah SWT serta bantuan dari teman-teman,
penulis dapat menyelesaikan laporan ini sebagaimana semestinya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
Kedua
orang tua penulis yang telah memberikan banyak dorongan moral dan material.
2.
Ibu
Ir. Asritanarni Munar, M.P, selaku Dosen penaggung jawab Praktikum Dasar Ilmu
Tanah.
3.
Bapak
Yudha Andriansyah Putra, S.P., M.P, selaku Asisten Praktikum Dasar Ilmu Tanah.
4.
Ibu
Hilda Julia, S.TP., M.Sc, selaku Asisten Praktikum Dasar Ilmu Tanah.
5.
Kakanda
Rahmi Anaz, S.P, selaku Asisten Praktikum Dasar Ilmu Tanah.
6.
Kakanda
Ananda Fitriana Nainggolan, selaku Asisten Praktikum Dasar Ilmu Tanah.
7.
Abangda
Pinpin Toto Automi Harahap, selaku Asisten Praktikum Dasar Ilmu Tanah.
8.
Abangda
Muhamad Khairul Anwar, selaku Asisten Praktikum Dasar Ilmu Tanah.
9.
Abangda
Andre Giovan, selaku Asisten Praktikum Dasar Ilmu Tanah
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna perbaikan nantinya.
Medan, November 2015
Penulis
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pengapuran
adalah suatu teknologi pemberian kapur ke dalam tanah, yang dimaksudkan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Sebelum
pengapuran dilakukan, terlebih dahulu harus diketehui mengenai tujuannya, cara
penentuan kebutuhan, bahan dan mutu kapur yang akan digunaka serta cara-cara
penggunaannya. Secara umum pengapuran bertujuan untuk memperbaiki sifat-sifat
fisik, kimia dan biologi dari tanah. Di wilayah-wilayah subtropika, pengapuran
sering bertujuan untuk menaikkan pH hingga 6,5 atau 7 . Alasan mereka, karena
pada kisaran pH tersebut adalah paling cocok untuk ketersediaan unsur hara dan
pertumbuhan tanaman umumnya. Ternyata konsep ini tidak cocok untuk
wilayah-wilayah tropik. Pemberian kapur untuk mencapai pH, sering dapat menurunkan produksi karena terjadi
kelebihan kapur (Hakim,
1996).
Semakin besar nilai perhitungan yang didapatkan maka kandungan kapur dalam
tanah juga semakin banyak. Factor-faktor yang menentukan kadar/banyaknya kapur
dalam tanah antara lain adalah pH tanah, tekstur tanah, kadar bahan organic
tanah, mutu kapur dan jenis tanaman yang hidup. Faktor pH tanah dapat
menunjukkan kejenuhan basa dan pH tanah yang rendah, maka kapur juga rendah.
Tekstur dan kandungan bahan organik menentukan besarnya kapasitas absorsi dan besarnya daya penyangga (buffering capacity) dari tanah (Kartasapoetra, 1991).
Suatu
hal yang umum dalam menguji tanah di laboratorium untuk menentukan satu
pengukuran langsung kapur yang
dibutuhkan dengan menggunakan larutan buffer. Salah satu uji
dikembangkan do Ohio State University dan digunakan secara luas. Larutan buffer
dengan pH 7,5 dicampur dengan sejumlah tanah yang diketahui. Keasaman tanah
dapat tertukar diganti dari daerah yang dapat ditukar. Depressi pH dari 7,5 (pH
larutan buffer) menjadi pH campuran larutan buffer dan tanah merupakan satu
ukuran keasaman total. Kebutuhan kapur diperoleh dari table yang telah
dikembangkan, yang menghubungkan depressi pH buffer terhadap jumlah kapur dalam
ton yang dibutuhkan untuk menaikkan pH tanah sampai suatu nilai yang telah diharapkan (Foth, 1995).
Kandungan kapur dari setiap jenis tanah
berbeda-beda. Bahkan kandungan kapur dari lapisan atas tentu berbeda dengan
lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pelindian kapur pada
lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Kapur dalam tanah memiliki
asosiasi dengan keberadaan kalsium dan magnesium tanah. Hal ini wajar, karena
keberadaan kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat.
Secara umum pemberian kapur ke tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia
tanah serta kegiatan jasad renik tanah. Selain itu keberadaan kapur tanah sangat
dipengaruhi oleh batuan induk yang ada disuatu lokasi (Poerwowidodo, 1992 ).
Pengapuran tanah
masam secara umum bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dan kejenuhan basa,
agar ketersediaan hara bagi tanaman meningkat dan potensi toksik dari unsur
mikro atau unsur toksik (seperti Al) menjadi tertekan. Dengan membaiknya sifat
kimiawi tanah, maka aktivitas mikrobia dalam penyediaan hara dan zat perangsang
tumbuh juga membaik, sehingga secara akumulatif akan menghasilkan pertumbuhan
dan produksi tanaman yang optimum. Apabila
pengapuran dilakukan secara tepat akan berpengaruh positif terhadap sifat
kimiawi dan biologis tanah. Namun demikian apabila berlebihan, pengapuran dapat
berdampak negatif berupa penurunan ketersediaan Zn, Mn, Cu, dan B yang dapat
menyebabkan tanaman menjadi defisiensi keempat unsur ini, serta dapat mengalami
keracunan Mo. Oleh karena itu, pengapuran (juga pemupukan) harus dilakukan
dengan empat tepat, yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, dan tepat
kondisi (Hanafiah, 2007).
Tujuan
Praktikum
Untuk
menentukan jumlah kapur yang diperlukan guna mengurangi atau meniadakan Aldd
suatu tanah.
Kegunaan
Praktikum
1.
Agar dapat mengikuti praktikal test di
mata kuliah Dasar Ilmu Tanah di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
2.
Sebagai salah satu syarat untuk dapat
mengikuti praktikum Dasar Ilmu Tanah di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan dari
pengapuran adalah untuk menaikkan pH atau mengurangi tingkat kemasaman tanah
pada tanah yang bereaksi masam. Peningkatan pH pada tanah masam sangat penting,
karena berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Contoh tanaman the lebih menyukai
tanah-tanah bereaksi masam. Kelapa Sawit optimum pada pH 5 - 5.5 Meskipun demikian umumnya tanaman menginginkan tanah
yang kurang masam.
Pada beberapa jenis tanah mempunyai kandungan Al dan Fe tinggi, logam
tersebut akan mudah larut dalam keadaan lebih masam dan pada kadar tertentu
dapat merusak atau meracuni pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman mempunyai
toleransi tertentu terhadap kemasaman tanah dan kandungan Al-dd (Al dapat
ditukar) (Darmawijaya, 1990).
Hubungan
antara karbon dan nitrogen di dalam
tanah sangat penting. Hubungan ini dinyatakan dengan istilah C/N. Di dalam
lapisan olah tanah C/n berkisar antara 8 : 1 sampai 15 : 1 dengan harga
rata-ratanya sekitar 10 – 12. C/N setiap tanah berbeda-beda, demkian pula
perbedaan itu dapat juga disebabkan oleh perbedaan iklim terutama suhu dan
curah hujan. C/N daerah iklim kering lebih rendah daripada C/N daerah iklim
basah, demikian juga C/N bersuhu tinggi lebih rendah dari pada C/N daerah
bersuhu rendah (Hasibuan, 2010).
Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan
kalsium dan magnesium tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur
tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian
kapur ke tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan
jasad renik tanah. Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran
adalah menetralkan kemasaman tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki
kandungan kapur yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat
kesuburan yang tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur
akan menyerap unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut
dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya (Hardjowigeno, 1991).
Kadar kapur
tertinggi sampai terendah adalah tanah alfisol,
entisol, vertisol, rendzina, dan ultisol. Bahan induk pada tanah alfisol ialah
kapur dengan jeluk air sekitar 50 m. Adapun bahan induk pada tanah vertisol
ialah kapur dan gamping. Kemudian pada tanah rendzina bahan induknya juga
kapur, karena pengangkatan karst. Bahan induk tanah entisol dan ultisol
berturut-turut ialah abu vulkan serta konglomerat dan breksi. Kandungan Ca
dan mg yang tinggi dalam tanah berhubungan dengan taraf perkembangan tanah
tersebut, semakin kuat pelindian / semakin tua tanahnya, akan semakin kecil
pula kandungan kedua zat tersebut. Kadar tinggi berkaitan dengan pH yang netral
atau agak kalis. Sebagai unsur hara makro Ca dan Mg mempunyai fungsi yang
penting pada tanaman. Kalsium (Ca) berperan sebagai penyusun dinding sel tumbuhan
dan sering pula menjonjotkan / menetralkan bahan racun dalam jaringan tanaman.
Magnesium (Mg) merupakan komponen dari klorofil dan berperan pula dalam
pembentukan lemak dan minyak pada tumbuhan. Kekurangan kedua zat ini dalam
tanah dapat menghambat perkembangan normal pad jaringan muda (Sutanto, 2005).
Perbedaan kadar
kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini berhubungan dengan kadar
lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan tipe vegetasi.
Faktor-faktor ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah. Pada umumnya
batuan kapur/ kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah. Pelarutan dan
kehilangan karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam pembentukan tanah pada
batuan berkapur. Garam-garam yang mudah larut (seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida
dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak mudah larut ( Ca, Mg )
memiliki karbonat yang akan berpindah bersama air, dan bergantung besarnya air
yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan besarnya sangat
bervariasi. Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas tersebut maka
yang terendapkan lebih dahulu adalah karbonat. Pada kondisi yang ekstrem kerak
garam dan kapur dapat terbentuk di permukaan tanah. Dari sini menunjukan bahwa
kadar kapur tanah dapat berbeda-beda (Tan, 1991).
BAHAN DAN ALAT
Tempat
dan Waktu
Praktikum Dasar
Ilmu Tanah dilaksanakan di Laboratorium Biologi Gedung
F Lantai 4 Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara Jl.
Kapten Muchtar Basri, No. 3 Medan.
Praktikum
Dasar Ilmu Tanah dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 24
November 2015 pukul 09.00 WIB – 11.00 WIB
Bahan
dan Alat
Bahan-bahan yang
digunakan pada praktikum Dasar Ilmu Tanah
yaitu tanah kering udara yang telah diayak dengan ayakan 10 mesh,
Larutan 1 N KCl, Aquadest, Indikator phenolpthalen, Larutan baku 0,1 N NaOH dan
0,1 N HCl, Larutan 4% NaF, Kertas tissue
dan kertas saring sating whatman.
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum Dasar Ilmu Tanah yaitu Labu Erlenmeyer 100 dan
250 ml, corong, gelas ukur 100 ml, tabung plastik atau botol 150 ml, pipet 25
ml, buret 10 dan 5
ml, serbet, kain flanel,
kalkulator, stopwatch, dan alat tulis.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Timbang
10 g tanah dan masukkan ke gelas Erlenmeyer 250 ml.
2. Tambahkan
100 ml larutan KCl 1 N kedalamnya dan kemudian kocok selama ±15 menit.
3. Saring
dan tampung hasil saringannya.
4. Pipet
25 ml dan tempatkan ke dalam Erlenmeyer 100 cc.
5. Tambahkan
5 tetes larutan indicator phenolpthalen.
6. Titrasi
memakai 10 ml dengan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah muda yang permanen.
Catat jumlah NaOH yang terpakai.
7. Setelah
itu tambahkan HCl 0,1 N kira-kira 1 tetes sampai warna merah muda bening
kembali (gunakan buret 5 ml).
8. Tambahkan
10 ml larutan NaF 4%, warna merah muda akan timbul jika ada Al yang dapat
dipertukarkan.
9. Kemudian
titrasi dengan HCl 0,1 N sampai warna merah muda hilang, catat volume HCl yang
dipakai.
10. Perhitungan
:
Aldd
(me/100 g) = ml HCl x N HCl
x fp x 100
Berat contoh tanah
Fp = faktor pengencer = 100/25
1 me Aldd/100g = 1,57 me CaCO3/100g
HASIL PRAKTIKUM
Kebutuhan kalsit (CaCo3) per
polybeg :
Kalsit (CaCo3) = 1500 kg/ha
Tanah perpolybeg = 2,5 kg/polybeg
Bobot tanah/ha = 2 x 106 kg/ha
Aldd (me/100 g) = ml HCl x N HCl x fp x 100
Berat contoh tanah
= 2 x 0,001 x 4 x 100
10 gr
= 0,008 me/100 gr
Kebutuhan Kalsit (CaCo3) =
Aldd x 1500 kg/ha
= 0,08 x 1500 kg/ha
= 120 kg/ha
Untuk Perpolybeg = 2,5 kg/polybeg x 120 kg/ha
2.000.000
=
0,00015 kg/polybeg
=
0,15 g/polybeg
PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum di dapatkan
kebutuhan kapur yang diperlukan untuk menaikkan pH tanah agar tidak asam yakni sebesar 0,08 me/100 gr. Hal
ini menunjukkan bahwa kondisi tanah ini memiliki kandungan pH yang tidak
terlalu asam, pemberian kapur kalsit (CaCo3) hal ini menyebabkan
kisaran pH mendekati normal/netral. Pemberian kapur pada tanah dapat
menyebabkan kalium dalam tanah menjadi tidak tersedia bagi tanama. Kapur adalah bahan yang mengandung kalsium
yang dapat diberikan kepada tanah untuk menaikkan pH tanah. Kenaikan pH ini
dapat berlangsung karena beberapa faktor ion hidrogen (H+) dalam
larutan tanah dinonaktifkan. Tingkat netralisasi dan hasil akhir dari reaksi
kapur tersebut tidak diketahui secara pasti.
Bila kapur diberikan ke dalam tanah, kemungkinan ia bereaksi adalah
dengan air yang mengandung Co2 dan dengan koloid tanah. Dalam tanah
ini terdapat ion Al3+ yang bersifat masam. Karena dengan air ion tersebut dapat
menghasilkan ion H+ (keasaman aktif). Oleh karena itu oleh karena
itu, ion H+ harus dikeluarkan dari larutan tanah dan ion Al3+ (keasaman
potensial) harus dinetralkan. Pemberian kapur ini agar koloid tanah menjadi
netral, alumunium dinonaktifkan dan hidrogen dioksidasi menjadi air.
Tanah asam pada umumnya kurang baik
untuk tanaman karena mempunyai pH rendah
dan sangat mengganggu pertumbuhan tanaman. Kapasitas Tukar Kation rendah (KTK),
kejenuhan basa rendah dan kejenuhan Al tinggi.
Kemasaman dapat terjadi akibat kurang tepatnya pengolahan tanah yang
menyebabkan oksidasi pirit tanah dan menyebabkan tanah menjadi asam karena
menghasilkan asam sulfat dan terlepasnya ion H+. Pemebentukan asam
tanah tanah yang melewati daya sangga dapat menghancurkan kisi mineral liat
sehingga semakin banyak ion Al3+ yang mendesak ion Ca, Mg dan K
sehingga hilang terbawa air. Kelebihan Al3+ dalam tanah dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat
dan rusaknya tudung akar serta berkurangnya serapan atau daya serap
angkutan hara dan air yang dengan sendirinya dapat menurunkan produksi tanaman.
Upaya untuk memperbaiki hal ini adalah dengan pencucian dan ameliorasi lahan
berupa pengapuran dan pemberian bahan organik yang dapat mengurangi kelarutan
unsur beracun seperti Fe, Al, Mn dan memperbaiki struktur tanah.
Kelarutan Al
dalam tanah berkaitan erat dengan pH tanah. Kelarutan Al minimum dalam larutan
encer terjadi pada pH 6-7. Pada larutan tanah, kelarutan Al maksimum terjadi
pada pH 4,06 dan minimum pada pH 7,23. Apabila pH tanah dinaikkan melalui
pengapuran, ion hidroksil akan bereaksi dan mengendapkan Al yang larut. Kation
Al menempati tanah mineral yang memilii pH <5,0 yang sebagian besar situs
koloidnya bermuatan negatif. Unsur
Al
merupakan unsur yang paling berbahaya bagi tanaman, hal ini disebabkan oleh sifat toksiknya yang dapat mengganggu atau menghambat unsur hara lain yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur Al akan bersifat racun apabila berada di tanah yang memiliki pH dibawah 5,0, di dalam tanah masam ini Al dapat menjerat unsur hara penting seperti P dan Ca.
merupakan unsur yang paling berbahaya bagi tanaman, hal ini disebabkan oleh sifat toksiknya yang dapat mengganggu atau menghambat unsur hara lain yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur Al akan bersifat racun apabila berada di tanah yang memiliki pH dibawah 5,0, di dalam tanah masam ini Al dapat menjerat unsur hara penting seperti P dan Ca.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
1.
Kebutuhan
kapur untuk meningkatkan pH tanah ini adalah sebesar 0,08 me/100gr.
2.
Pemberian
kapur kalsit (CaCo3) dapat meningkatkan atau menetralkan pH tanah.
3.
Pemebentukan
asam tanah tanah yang melewati daya sangga dapat menghancurkan kisi mineral
liat sehingga semakin banyak ion Al3+ yang mendesak ion Ca, Mg dan K
sehingga hilang terbawa air
4.
Tingkat
netralisasi dan hasil akhir dari reaksi kapur tersebut tidak diketahui secara
pasti
5.
Tanah
asam pada umumnya kurang baik untuk tanaman
karena mempunyai pH rendah dan sangat mengganggu pertumbuhan tanaman
6.
Jika
tanah jenuh akan unsur Al maka dapat menghambat pertumbuhan tanaman karena unsur
toksiknya yang dapat mengganggu serapan unsur hara yang diperlukan tanaman.
Saran
Pada praktikum ini, para asisten sebaiknya memberikan penjelasan lebih rinci
mengenai praktikum dan penyusunan laporan, agar praktikan tidak mengalami kesalahan-kesalahan sampai
berulang-ulang kali.
Maaf sekedar saran. Alangkah lebih baiknya, dalam laporan praktikum, daftar pustaka diikutsertakan juga. Terima kasih. Postingannya bermanfaat sekali.
ReplyDeletemaaf sekedar memberi komenta pada laporan ini seharunya harus diikutsertakan daftar pustakanya, karean laporan sangat bermanfaat bagi pengunjungnya?
ReplyDeletedaftar pustaka ikut di share dong :) untuk pembuktian yang lbh real. terimakasih.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete